MAKALAH
SEJARAH IDONESIA
PEMBERONTAKAN DI/TII
DI JAWA BARAT
Guru
Pembimbing :
Suci
Erningsih, M.PD
DISUSUN OLEH :
Nama : Ayu Nur Alip
Kelas : XI ADMINISTRASI 4
UPTD SMK NEGERI 1 SLAWI
JL. H. Agus Salim Telp/Fax.
(0283) 491336 Slawi - Kab. Tegal
E-mail: smkn1slawi@yahoo.co.id
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya dan Kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas ilmiah ini dengan baik dan semampunya. Tujuan kami membuat tugas kinerja
ini agar kami dapat memiliki nilai kinerja ilmiah mengetahui tentang.
Pembrontakan DI / TII dalam mata pelajaran Sejarah. Selain itu juga tujuan kami
yang lain adalah agar kami dapat mengetahui penyebab dan perjuangan terjadinya
pemberontakan (DI/TII,) serta cara pemerintah pada saat itu untuk
menanggulanginya.
Dalam
pembuatan ini juga kami mengucapkan
terima kasih atas waktu yang telah diberikan oleh Ibu Suci Erningsih M.Pd sebagai guru pembimbing pelajaran Sejarah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman – teman yang membacanya untuk
mengetahui pemberontakan yang pernah terjadi di Indonesia. Maka dari itu kami
berharap bagi pembaca/teman – teman yang membacanya dapat memberi saran dan
kritik bagi kami. Maaf apabila ada kata atau pun ada kalimat yang salah
digunakan dalam pengetikannya.
Slawi, 25 April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Judul ........................................
1
Kata pengantar ........................................
2
Daftar isi ........................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latarbelakang dan tujuan ........................................
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Latarbelakang belakang dan tujuan DI/TII ........................................
5
2.
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat ........................................
7
3.
Upaya penumpasan DI/TII ........................................
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan .........................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan
ditandatanganinya Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan
Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas
Hizbullah dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk
membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI.
Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam ilmu sejarah dan sosial masyarakat.
BAB
11 PEMBAHASAN
1. Latar Belakang dan Tujuan Pemberontakan DI/TII
Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah Negara yang menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara. Dalam proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi, di dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara Berdasarkan Islam” dan “Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”. Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa kewajiban Negara untuk membuat undang-undang berdasarkan syari’at Islam, dan menolak keras terhadap ideologi selain Al Qur’an dan Hadist, atau yang sering mereka sebut dengan hukum kafir.
Dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar sampai ke
beberapa wilayah yang berada di Negara Indonesia terutama Jawa Barat, Jawa
Tengah, Kalimantan Selatan, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Setelah Sekarmadji
ditangkap oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan dieksekusi pada tahun 1962,
gerakan Darul Islam tersebut menjadi terpecah. Akan tetapi, meskipun dianggap
sebagai gerakan ilegal oleh Negara Indonesia, pemberontakan DI/TII (Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia) ini masih berjalan meskipun dengan secara diam-diam
di Jawa Barat, Indonesia. Pada Tanggal 7 Agustus 1949, di sebuah desa yang
terletak di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo mengumumkan bahwa Negara Islam Indonesia telah berdiri di Negara
Indonesia, dengan gerakannya yang disebut dengan DI (Darul Islam) dan para
tentaranya diberi julukan dengan sebutan TII (Tentara Islam Indonesia). Gerakan
DI/NII ini dibentuk pada saat provinsi Jawa Barat ditinggalkan oleh Pasukan
Siliwangi yang sedang berhijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam rangka melaksanakan
perundingan Renville. Saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok
DI/TII ini dengan leluasa melakukan gerakannya dengan merusak dan membakar
rumah penduduk, membongkar jalan kereta api, serta menyiksa dan merampas harta
benda yang dimiliki oleh penduduk di daerah tersebut. Namun, setelah pasukan
Siliwangi menjadwalkan untuk kembali ke Jawa Barat, kelompok DI/TII tersebut
harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
2. PEMBERONTAKAN DI/TII JAWA BARAT
Sejak kemerdekaan Indonesia
diproklamirkan oleh Sukarno dan Muhammad Hatta atas nama bangsa Indonesia pada
17 Agustus 1945, Indonesia terbebas dari belenggu penjajahan baik oleh
Portugis, Belanda, Jepang, maupun Inggris yang telah menjajah bangsa selama
ini. Sejak saat itulah kita memiliki negara yang merdeka, berdaulat adil dan
makmur bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, tercatat lebih dari sepuluh
kali aksi pemberontakan besar, antara lain DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam
Indonesia), PRRI/PERMESTA (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/Pemberontakan
Semesta), Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil(APRA), PKI Madiun 1948 dan PKI
G30S, Andi Aziz Affair dan beberapa aksi ingin memisahkan diri dari NKRI
seperti GAM (Gerakan Aceh Merdeka), RMS (Republik Maluku Selatan) dan OPM
(Organisasi Papua Merdeka).
Salah satu
pemberontakan paling besar yang pernah terjadi di tanah air adalah DI/TII
(Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia). DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Sekar
Marijan Kartosuwiryo dengan tujuan menentang penjajah Belanda di Indonesia.
Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya
Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya
dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII), DI/TII Jawa Tengah yang dipimpin oleh
Amir Fatah di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan
Pekalongan. Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah kemudian
diangkat sebagai komandan pertemburan Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal
Tentara Islam Indonesia. DI/TII Aceh di dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang
pada tanggal 20 September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari
Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo. DI/TII Sulawesi
Selatan di pimpin Kahar Muzakar tujuannya agar Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakar
menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya
dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah
pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak
memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan
menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada
saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar
Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama
pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari
DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Gerakan DI/TII Jawa Barat
bermula ketika ditandatanganinya persetujuan/ perjanjian Renville pada 17
Januari 1948. Akibat dari persetujuan itu, wilayah Indonesia yang diakui
Belanda semakin sempit dan pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas
wilayah-wilayah yang dikuasainya hingga terbentuk Negara Republik Indonesia
Serikat(RIS). Selain wilayah kedaulatan RI berkurang, tentara gerilyawan RI
yang berada diluar garis demarkasi Van Mook harus ditarik mundur. Akibat persetujuan Renville yang
ditandatangani pada bulan Januari 1948, maka kekuatan republik ditarik dari
kantong-kantong gerilya, untuk berhimpun di Yogya. Termasuk devisi Siliwangi
yang menguasai Jawa Barat pun ditarik ke Yogya. Lalu Jawa Barat menjadi kosong
tidak ada yang menguasai dan melindungi rakyatnya. Belanda sudah siap
mengambil alih untuk menancapkan kuku penjajahannya kembali. Menghadapi saat kritis
di jawa barat ini. SM. Kartosuwiryo yang memimpin Hizbullah dan Sabillillah
bersepakat perlu mengadakan pertemuan yang lebih luas dan lebih lengkap lagi,
guna mengatur strategi dan siasat dalam menghadapi situasi yang selalu berubah. Pertemuan itu akhirnya diadakan pada
tanggal 10 dan 11 Februari di desa Pang Wedasan Kec. Cisayong dalam daerah
segitiga : Malangbong, garut, Tasikmalaya. Hadir para pemimpin Organisasi
Islam, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), serta para pemimpin Hizbullah dan
Sabillillah. Keputusan terpenting
yang diambil dalam konferensi Cisayong itu, antara lain :
1.
Merubah
ideologi Islam dalam bentuk Kepartaian menjadi bentuk kenegaraaan yang konkrit .
2. Membekukan Masyumi Jawa Barat.
3. Membentuk Majelis Islam (MI) sebagai
pemerintahan dasar ummat Islam di Jawa Barat, maka seluruh organisasi Islam
harus bergabung ke dalamnya.
4.
Membentuk tentara Islam Indonesia (TII) yang
merupakan peleburan dari Hizbullah dan Sabilillah.
Konferensi di Cisayong,
juga di bahas tentang pentingnya mengangkat seorang imam, yang merupakan syarat
utama dalam melaksanakan syari’ah Islam. Setelah melalui
pertmbangan-pertimbangan yang cermat, musywarah sepakat memilih SM.
Kartosuwiryo sebagai imam. Negara Islam Indonesia (disingkat NII; juga
dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang artinya adalah "Rumah
Islam" adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada7 Agustus 1949
(ditulis sebagai 12 Syawal 1368 dalam kalender Hijriyah) oleh Sukarmadji
Maridjan Kartosuwiryo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan
Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Gerakan
ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada pada masa perang dengan tentara kerajaan
Belanda sebagai negara teokrasii dengan agama Islam sebagai dasar
negara. Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo dan pasukannya yang terdiri atas
Hizbullah dan Sabilillah menolak persetujuan Renville. Ia menolak untuk
memundurkan pasukannya ke Jawa Tengah dan sejak saat itu ia tidak lagi mengakui
keberadaan RI. Ia memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Gerakan ini kemudian melakukan kekacauan
di Jawa Barat dengan secara paksa menarik sumbangan dari rakyat. Namun karena
rakyat saat itu sedang kesulitan ekonomi, maka pasukan DI/TII menjarah
rumah-rumah penduduk. Untuk mengatasi serangan pemerintah RI, DI/TII
menggunakan strategi gerilya. Pada
tanggal 1 April 1962, dilancarkan operasi Bharatayudha untuk menumpas DI/TII
Kartosuwiryo. DI/TII semakin terdesak dan satu-persatu komandannya menyerahkan
diri. Penyebab Tertangkapnya S.M Kartosuwiro yaitu diperolehnya keterangan dari
pimpinan TII yang telah berada dalam tangan TNI dan ini merupakan tipu muslihat
TNI, sebab informasi yang diberikan meliputi rahasia-rahasia pimpinan tertinggi
TII dan rahasia jama’ah Umat Islam Bangsa Indonesia, dihadirkannya masa dalam
operasi tersebut (Pagar Betis). Pada 22 April 1962 terjadi serangan
langsung terhadap pimpinan-pimpinan pusat Negara Islam Indonesia, 24 april 1962
serangan untuk kedua kalinya terhadap pimpinan pusat Negara Islam Indonesia,
akibatnya rombongan terpencar-pencar S.M Katosuwiryo tertembak dan terluka
dipantatnya dan tanggal 4 juni S.M. Kartosuwiryo dalam keadaan sakit parah
tertangkap oleh kompi C bataliyon 328 pada kujang II kodam VI / Siliwangi
dibawah pimpinan Letda Suhanda di kompleks Gunung Gebos malaya Bandung.
3. Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII
Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di karenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup lama di karenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tempat
tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan yang sangat mendukung
organisasi DI/TII untuk bergerilya.
2. Pasukan
Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan penduduk.
3. Pasukan
DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya pemilik
perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.
4. Suasana
Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa golongan partai politik
yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.
Selanjutnya, untuk
menghadapi pasukan DI/TII, pemerintah mengerahkan Tentara Nasional Indonesia
(TNI) untuk meringkus kelompok ini. Pada tahun 1960 para pasukan Siliwangi
bekerjasama dengan rakyat untuk melakukan operasi “Bratayudha” dan “Pagar
Betis” untuk menumpas kelompok DI/TII tersebut. Pada Tanggal 4 Juni 1962
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan
Siliwangi dalam operasi Bratayudha yang berlangsung di Gunung Geber, Majalaya,
Jawa Barat. Setelah Sekarmadji ditangkap oleh pasukan TNI, Mahkamah Angkatan
Darat menyatakan bahwa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati,
dan dan setelah Sekarmadji meninggal, pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat
dimusnahkan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Gerakan
DI/NII ini dibentuk pada saat provinsi Jawa Barat ditinggalkan oleh Pasukan
Siliwangi yang sedang berhijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam rangka melaksanakan
perundingan Renville. DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Sekar
Marijan Kartosuwiryo dengan tujuan menentang penjajah Belanda di Indonesia.
Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya
Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya
dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII), DI/TII Jawa Tengah yang dipimpin oleh
Amir Fatah di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan
Pekalongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar